BUKAN SETIAP PETUNJUK BAIK ADALAH BENAR, AKAN SANGAT BIJAKSANA KETIKA MENDENGAR, LALU MENCERNA, JIKA PERLU DISKUSIKAN DENGAN SESEORANG YANG TEPAT SEBELUM MENGAMBIL KEPUTUSAN
Kamis, 29 Desember 2011
Selasa, 27 Desember 2011
KETIKA USIA DIGERUS WAKTU
tik...tak...tik...tak....tik...tak....
jam dinding di atas pintu kamar pengap ini terus menghitung
tidak lelah-lelah terus mengingatkan ku tentang waktu yang hilang
tik...tak...tik...tak....tik....tak....
suara itu terus memnuhi ruang telingaku
menggoda gendangnya bagaikan mau direnggut robek
tik...tak...tik.....tak.....tik....tak...
ku tunggu lelahmu....
ku tunggu bosanmu
tik...tak...tik...tak....tik....tak...
tidak juga mau berhenti
tak ingin juga merebahkan diri
tik...tak...tik...tak....tik....tak..
aku kalah.... aku yang bosan
usiaku direngut oleh setiap detakan hitunganmu
sekarang aku berhenti menghitung suara detakmu
agar tak hilang usiaku dengan percuma
agar aku bisa melupakan hilangnya usiaku yang sudah lalu
karena aku juga tidak tahu
berapa lagi usiaku
dan
berapa banyak lagi yang akan hilang sebelum aku menyadarinya
sihwanto martinus 28des11
POHON DAMAI PENUH BINTANG
semalam aku keluar rumah,.....
melihat ikan berenang dalam keremangan malam,...
tak ada beban dalam dirinya,...
sambil asyik menggoda jangkrik yang terjebak tak berdaya,....
kupandang ke langit malam...
banyak bintang bertaburan disela-sela mega kelabu...
kunjat anganku dan kubawa bersama sebuah karung,...
kupetik sekarung bintang,....
lalu kupanjat lagi anganku lebih tinggi,....
kubawa bakul dan ikatkan di punggungku,...
ku iris bulan separuh dan kubawa pulang.....
kugantung perlahan-lahan diantara ranting-ranting anganku,...
dan ku sematkan bulan di atas pohon kerinduanku....
mundur selangkah dari tempatku berdiri...
dan pandang pohon kerucut di hadapan ku....
terang benderang,....
damai ,
bersemayamlah di hatiku ...
bersemayamlah dihati setiap insan di bumi,...
seterang dan sedamai nirwana dalam kerinduanku,...
palembang 22des11
Selasa, 20 Desember 2011
meledak tanpa suara
Meledak Tanpa Suara
Selaksa kata hanya tersimpan
Segudang emosi tertutup gundah
Segunung geram tertahan rengekan
Dan
Suara itu hanya ada di dalam
Gelegar itu hanya dalam tempurung
Raungan itu tiada menggema
Yang ada hanya hening
Yang terdengar hanya nafas memburu
Yang keluar hanya seringai seram
Sesepi gunung
Seganas ombak
Sedahsyat petir
Ya... hanya sepi
Kosong
Tiada makna tersimpan
Palembang
20des11
Kamis, 08 Desember 2011
PAGI YANG CERAH
Sesayup tapi pasti, sang bayu menghantarkan
oksigen ke dalam kamarku
Gelora terpompa niscaya magma mendesak
kepundan
Sang surya menyapa ramah menembus tirai bambu
bilik gubuk rinduku
Hay...selamat pagi surya,... pagi ku cerah
sekali karenamu
Selamat pagi bayu kelana,.....nafasku segar
berkat sentuhanmu..
Hmmmmm ........selamat pagi cinta,...pagi ini
kau manis sekali
Pagi yang indah..diiringi nada-nada alam nan
menawan
Embun pagi bertengger pada daun-daun ranumdi
ujung kebun
Ahhh kau embun pagi....kaupun malas melepaskan
ranumnya cinta
Selamat pagi mega....,.........ahhh,...rupanya
dia tak mendengarku
Mega yang indah, bergelantung manja dilangit asmara..
Digoda sang bayu yang sedang dimabuk cinta.
Hay...selamat pagi belahan jiwa....ceriakah
kau pagi ini?
Ha..ha.., maafkan aku hai rumput
liar,...segarnya kau pagi ini.
Salam cinta bertaluh asmara....untukmu juga.........
Hai burung gereja,....selamat pagi...sudahkah
kau semai bulir-bulirmu hari ini ?
Aku tahu... dia pasti akan menjawabnya TIDAK
aku hanya memanen
Oh,.....rupanya ranting-ranting di ujung danau
memberinya dengan percuma
Selamat pagi pujangga pujaan hati.....selamat
menikmati waktumu....
Selamat pagi Tuhan......hari ini indah
sekali......
Semua tersenyum....semua ceria,.....semua
bernyanyi hanya untukMu..
Alam semesta memuji karyaMu pagi
ini....................
Selamat pagi........pagi yang cerah...........
selamat pagi
PAGI YANG CERAH
Sesayup tapi pasti, sang bayu menghantarkan oksigen ke dalam kamarku
Gelora terpompa niscaya magma mendesak kepundan
Sang surya menyapa ramah menembus tirai bambu bilik gubuk rinduku
Hay...selamat pagi surya,... pagi ku cerah sekali karenamu
Selamat pagi bayu kelana,.....nafasku segar berkat sentuhanmu..
Hmmmmm ........selamat pagi cinta,...pagi ini kau manis sekali
Pagi yang indah..diiringi nada-nada alam nan menawan
Embun pagi bertengger pada daun-daun ranumdi ujung kebun
Ahhh kau embun pagi....kaupun malas melepaskan ranumnya cinta
Selamat pagi mega....,.........ahhh,...rupanya dia tak mendengarku
Mega yang indah, bergelantung manja dilangit asmara..
Digoda sang bayu yang sedang dimabuk cinta.
Hay...selamat pagi belahan jiwa....ceriakah kau pagi ini?
Ha..ha.., maafkan aku hai rumput liar,...segarnya kau pagi ini.
Salam cinta bertaluh asmara....untukmu
juga.........
Hai burung gereja,....selamat pagi...sudahkah kau semai bulir-bulirmu
hari ini ?
Aku tahu... dia pasti akan menjawabnya TIDAK
aku hanya memanen
Oh,.....rupanya ranting-ranting di ujung danau memberinya dengan
percuma
Selamat pagi pujangga pujaan hati.....selamat menikmati waktumu....
Selamat pagi Tuhan......hari ini indah sekali......
Semua tersenyum....semua ceria,.....semua bernyanyi hanya untukMu..
Alam semesta memuji karyaMu pagi ini....................
Selamat pagi........pagi yang cerah...........
DOA SEWINDU
DOA
SEWINDU
Sewindu
berlalu tanpa tangismu
Sewindu
sudah lelah hati menunggu
Dendam
menggung bagai gumpal durjana
Tangis
belum usai
Kaki
tak sanggup lagi melangkah
Tinggal
bilur-bilru membiru
Hanya
dengungan racau rumput-rumput liar
Bayupun
tak jua menghempasnya jauh dariku
Tirta
biru tak menyejukan hatiku
Segumpal
doa bagai mantra kehilangan makna
Asap
pemujaan tak lagi wangi
Hanya
aroma pilu
Hanya
gemeretak gigi
Pusara
menjadi tujuanmu
Dingin
fajar membeku tak menyurutkan langkah
Kukayuh
langkah menuju altar puja
Belaian
lembut malaikat surga......
Cahya
kasihmu kurindukan
Oh
maha dewa raja kayangan
Oh
Bunda cinta pengasih surga
Biarkan
aku bahagia
Biarka
aku hidup dalam kasihnya
Oooohhhhhh
cinta...........
Ohh..........nelangsa...........
Masa
Penantian yang bagai Tiada Akhir
Penantian
tiada akhir 1999-2007
Rabu, 07 Desember 2011
KASIH SEORANG ANAK KEPADA ADIKNYA DALAM NASIB YANG TERPINGGIRKAN
KASIH DALAM DUKA
Haru biru menyelubungi jiwa merana
Tersadar hati laksana dihantam prahara
membekas dalam sukma yang berduka
membiru diatas kulit jiwa yang terbakar cinta
Tiada jiwa yang tak terguncang
Tiada sukma yang takan terbakar lidah membara
Tombak cinta itu begitu dalam menghunjam jantung
Menyayat raga dalam balutan secarik nestapa
Seonggok derita memendam lapar dan dahaga.
Tiada cinta kuharap dari musyafir kelana
Tiada cita dapat kuraih diujung jaman
Tepi jamanpun tiada ku jamah
Hanya berharap jatuhnya keping-keping nestapa.
Sisa-sisa jamanpun berlalu jua
Berlalu jua sang pelipur lara.
Ditepian cinta kuberharap.
Oh nestapa durjana .........
Enyahlah terbakar terbitnya surya
Biarkan mentari menghangatkan jiwa
Belahan jiwaku titipan bunda
Tenangkan hati redam dahaga
Tidurlah sayang dalam pelukan
Dalam aroma menyengat raga
Ditepi jaman ini kita bersama
Bersatu hati dalam cita
Berkuat diri mengusir nestapa
BANGKIT DARI KUBURKU
ISTANA KARYA PEMBANGKIT SUKMA
DENGAN SEGALA KARYA INDAH PARA PUJANGGA
DENGNA SEGALA UNGKAPAN SUKMA DI ISTANA KARYA,
ATAS SEGALA TUMPAHAN HATI DI RUANG KENCANA,
DAN ATAS SEGALA SAMBUTAN HANGATNYA,
DAN ATAS AROMA CINTA YANG SEMERBAK MEMPESONA JIWA,
DENGAN SEGALA GURATAN KESAN MEMBEKAS SUKMA,
BERSAMA KISAH DALAM SAJAK KARYA PUJANGGA.
MEMBUATKU BANGKIT DARI KUBUR SEMU.
MEMBUATKU HIDUP DARI KEMATIAN SURI.
MEMBUATKU BERNYAWA BAGAI TERSULUT CINTA.
HATIKU BERGELORA BAGAI DIPANGGANG ASMARA.
YAKINKAN DIRI INILAH RUMAHKU.
YANG MEMBUATKU KASMARAN.
YANG MEMBUATKU TERBIUS.
YANG MEMBELAH PASUNGKU.
KIRANYA TAHTA INI DI BERKATI.
KIRANYA RUMAH INI DARI PONDASI CADAS HIDUP.
DENGAN AKAR TUNGGANG YANG PERKASA.
DUH CINTA,
DUH ASMARA,
DUH GUSTI PEMILIK SEMESTA.
OH GUSTI PENGASUH SUKAMA MERANA
ABADILAH ENGKAU DALAM SUKMAKU,
ABADILAH ENGKAU DALAM JIWA-JIWA PUJANGGA.
TELAH LAHIR DUNIA BARU,
TELAH TUMBUH KEMBANG BENIH KEHIDUPAN.
ATAS SEGALA TUMPAHAN HATI DI RUANG KENCANA,
DAN ATAS SEGALA SAMBUTAN HANGATNYA,
DAN ATAS AROMA CINTA YANG SEMERBAK MEMPESONA JIWA,
DENGAN SEGALA GURATAN KESAN MEMBEKAS SUKMA,
BERSAMA KISAH DALAM SAJAK KARYA PUJANGGA.
MEMBUATKU BANGKIT DARI KUBUR SEMU.
MEMBUATKU HIDUP DARI KEMATIAN SURI.
MEMBUATKU BERNYAWA BAGAI TERSULUT CINTA.
HATIKU BERGELORA BAGAI DIPANGGANG ASMARA.
YAKINKAN DIRI INILAH RUMAHKU.
YANG MEMBUATKU KASMARAN.
YANG MEMBUATKU TERBIUS.
YANG MEMBELAH PASUNGKU.
KIRANYA TAHTA INI DI BERKATI.
KIRANYA RUMAH INI DARI PONDASI CADAS HIDUP.
DENGAN AKAR TUNGGANG YANG PERKASA.
DUH CINTA,
DUH ASMARA,
DUH GUSTI PEMILIK SEMESTA.
ABADILAH ENGKAU DALAM SUKMAKU,
ABADILAH ENGKAU DALAM JIWA-JIWA PUJANGGA.
TELAH LAHIR DUNIA BARU,
TELAH TUMBUH KEMBANG BENIH KEHIDUPAN.
Langganan:
Postingan (Atom)