Selasa, 06 Mei 2014

Maaf

Sebenarnya ini yang paling aku benci
Ketika tiba-tiba mataku basah,
Bukan karena hal lain selain dari mata air yang dalam
Sungguh-sungguh aku telah tersesat lama
Jauh ke pedalaman belantara pekat
Di mana matahari adalah kenajisan
Kepada siapa harus meminta maaf
Diri tak pantas untuk memberikan
Manakala kesucian adalah fitnah
Kini sesosok jiwa harus memberi padaku
Tak sayang bukan tak kenal
Bisakah kamu mengerti
Oh, bukan itu maksudku
Kamu tak usah mengerti aku
Kaki ini limbung bukan karenamu
salam kerinduan..6 mei 2014

Jumat, 14 Maret 2014

bukan,



aku yakin ini bukan
jangan pernah lagi
tidak untuk yang kesekian kali
benar-benar tidak aku inginkan
tak ingin mengkhayalkanya lagi

sudah sangat seharusnya
masa ku pun sudah tidak
semestinya begitu

tapi dia datang
dia datang bagai angin surga
membelai kening yang basah peluh
menyapa ladang yang kerontang
sayur mayur tersenyum, karena nya
rumput turut bernyanyi tak hendak enyah

hadang?
jangan
sambut?
celaka
lantas?

ah
terserahlah apa maunya
aku mengamini saja
mungkin itu embun
mungkin itu debu
mungkin juga itu kopi susu

palembang senja14314

kepada seluruh sahabat hati

Rabu, 22 Januari 2014

KISAHKAN SAJA


Martinus Sihwanto di penanda hari


tolong ceritakan padaku kisah ilalang di padang gersang itu,
yang khabarnya suka berbisik dan bersenandung
sampaikan salamku padanya
aku ingin mendengar senandungnya.
23114

AKU BERTEDUH DI SINI

sebenarnya bukan hujan yang ku tunggu
dan bukan angin yang hendak ku hindari

terserah jika haalilintar menggoda ubun-ubun
bahkan badai mengundangku dalam jamuanya

ku tadah setiap bayang dalam titik rinai
dan selalu kuintai setiap sudut di mana bayang jingga berkelebat

bukan
ternyata kehadiranmu tidak bersamanya

maka masih teguh aku berdiri dalam tudung sajimu
bahkan entah bilamana berakhir

curahnya semakin menghunjam telak
tetap ku yakin bukan itu bukan batu dari mu

asa belum habis
dan aku mencoba yakin
 — di dalam rinai 15114.

KIDUNG ILALANG


bukan mauku melukai telapak kakimu
tak ingin sedikitpun kusayat kulit mulusmu
lambaianku karena ada yang merindukan hijauku

biarkan saja ku hidup
biarkan aku berbiak
padang gersang akan merinduiku

tak pernah ku tolak kehadiranmu
tak pernah ku usik langkahmu
hadirku dirindukan mentari

tanganku masih terbuka lebar
pandang sekelilingmu
aku ada menemani

bahkan kerikil tajam berlindung padaku
dan nyanyian jangkrik menghias malamku
lalu mengapa engkau tetap risau

aku tidak pernah sendiri
dan ku ingin juga menemani dan meneduhkan mu
tetaplah bersamaku dan bilahku bukan untukmu

22114
 — di Jauh di sudut kota Palembang.